Letak geografis Provinsi Sulawesi Barat sangat Strategis karena
berada pada sekitar garis
khatulistiwa, terletak antara 00°12' - 03°38' Lintang Selatan ; 118°43'15'' - 119°54'03''
Bujur Timur. Provinsi Sulawesi Barat memiliki laut sepanjang Selat Makassar
yang merupakan lintas pelayaran Internasional dan berada pada titk tengah dalam hubungannya
dengan Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Provinsi Kalimantan
Timur. Batas wilayah Prov. Sulawesi Barat, sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur (Selat Makasar), sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Donggala Provinsi Sulawesi Tengah, sebelah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Tana Toraja dan Luwu Utara Provinsi Sulawesi
Selatan.
Kondisi topografi Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari laut
dalam, daratan rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Tingkat kesuburan yang
tinggi, dan letaknya juga sangat strategis pada posisi silang segitiga emas
Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tengah lewat pantai barat
dengan jarak 445 km dari Makassar Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, 447 Km
dari Palu Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah dan Selat Makassar/ Kalimantan
Timur. Posisi ini memberikan potensi perencanaan pembangunan yang harus ditata
dengan baik, sehingga kekayaan yang terkandung di dalam alam Sulawesi
Barat dapat memberikan manfaat yang maksimal untuk kesejahteraan masyarakatnya.
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat adalah 16.937,18 Km2 yang
terdiri dari 5 Kabupaten dan memasuki tahun 2013 telah terbentuk daerah baru
hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten Mamuju bernama Kabupaten Mamuju
Tengah.
Jumlah sungai besar yang mengalir di wilayah Sulawesi Barat
tercatat sekitar 8 (delapan) aliran sungai. Jumlah terbesar di Kabupaten
Polewali Mandar, yakni 5 aliran sungai. Sungai terpanjang tercatat ada 2 (dua)
sungai yakni Sungai Saddang yang mengalir meliputi Kabupaten Tator, Enrekang,
Pinrang dan Polewali Mandar serta Sungai Karama di Kabupaten Mamuju. Panjang
kedua sungai tersebut masing- masing 150 km. Sungai-sungai tersebut signifikan
perannya dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan budaya masyarakat
Mandar. Misalnya sebagai sumber air minum, pertanian, dan transportasi. Pulau
yang terdapat di Prov. Sulawesi Barat antara lain :
1. Pulau Battoa di wilayah Kab. Polewali
Mandar
2. Pulau Batumeanag Bakengkeng di
wilayah Kab. Mamuju
3. Pulau Kamarian Marinni di wilayah
Kab. Mamuju
4. Pulau Saboyang di wilayah Kab. Mamuju
5. Pulau Taimanu di wilyaha Kab. Majene
6. Pulau Bala-balakang, Karampuang dan
Ambo di Wilayah Kab. Mamuju
7. Pulau Lerelerekan di wilayah Kab.
Majene
Luas
Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sulawesi Barat, seluas 1.185.688 hektar.
Dalam perkembangannya, luas kawasan hutan telah mengalami banyak perubahan.
Setelah dilakukan pemutakhiran data spasial dengan mengakomodir proses-proses
pengukuhan kawasan hutan seperti tata batas, perubahan fungsi dan peruntukan
kawasan hutan secara parsial luas kawasan hutan di provinsi Sulawesi Barat
menjadi 1.176.401Ha. Perkembangan jumlah penduduk yang berakibat pada pemekaran
wilayah secara administrasi dalam skala kabupaten dan kecamatan serta
pertumbuhan investasi memerlukan tambahan ketersediaan lahan yang memberikan
tekanan terhadap kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Barat. Kebutuhan lahan
tersebut seringkali secara langsung dipenuhi dengan mengambil dan memperluas
arealnya dengan mengambil sebagian dari kawasan hutan yang belum atau tidak
melalui prosedur sesuai dengan ketentuan yang berlaku di dalam UU 41 tahun 1999
tentang Kehutanan. Kondisi tersebut merupakan penyebab dari terjadinya
permasalahan konflik dalam penggunaan atau pemanfaatan kawasan hutan. Disamping
kondisi tersebut, permasalahan konflik kawasan hutan muncul akibat belum
terselesaikannya keberadaan pemukiman dan lahan garapan dalam kawasan hutan.
1.
Pendidikan
Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk usia 7-12 tahun padatahun 2014
di Provinsi Sulawesi Baratsebesar 97,86 persen, yang berarti masihada 2,14
persen penduduk berusia 7-12tahun yang tidak bersekolah. APS penduduk usia
13-15 tahun sebesar87,84 persen, atau masih ada 12,16persen penduduk usia 13-15
tahun yang tidak bersekolah. Sedangkan APS penduduk usia 16-18 tahun sebesar
63,21 persen yang berarti 36,79 persen penduduk usia 16-18 tahun tidak
bersekolah.
2. Capaian Indeks Pembangunan Manusia
Beberapa kondisi sosial lainnya
diSulawesi Barat adalah seperti capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM).Pada
tahun 2014, IPM dihitung dengan menggunakan metode baru. IPM Sulawesi Barat
mencapai 62,24. Capaian IPM Sulawesi Barat terus menerus mengalami peningkatan
berdasarkan penghitungan dengan metode baru. Pada tahun 2010 misalnya, IPM
Sulawesi Barat mencapai 59,74. Naik menjadi 60,63 di tahun 2011 dan pada tahun
2012-2013 masing-masing menjadi 61,01 dan 61,53.
Kondisi ekonomi daerah secara umum dapat ditujukan
oleh beberapa indicator ekonomi salah satunya adalah Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Besaran nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini secara
nyata mampu memeberikan gambaran mengenai nilai tambah bruto yang dihasilkan
unit-unit produksi pada suatu daerah dalam periode tertentu. Lebih jauh ,
perkembangan besaran nilai PDRB merupakan salah satu daerah, atau dengan kata
lain pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin melalui pertumbuhan nilai
PDRB.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Distribusi Persentase Menurut
Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Barat
No
|
Lapangan Usaha
|
Nilai Tambah
|
Distribusi Persentase
|
Nilai Tambah
|
Distribusi Persentase
|
|
(Juta Rupiah)
|
(%)
|
(Juta Rupiah)
|
(%)
|
|||
2012
|
2012
|
2013
|
2013
|
|||
1
|
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan
Perikanan
|
6 834 207,00
|
47.43
|
7 678 223,43
|
47.44
|
|
2
|
Pertambangan dan Penggalian
|
127 987,00
|
0.89
|
142 862,72
|
0.88
|
|
3
|
Industri Pengolahan
|
1 039 247,00
|
7.21
|
1 137 193,28
|
7.03
|
|
4
|
Listrik, Gas, dan Air Bersih
|
65 621,00
|
0.46
|
83 530,33
|
0.52
|
|
5
|
Konstruksi
|
591 418,00
|
4.1
|
684 728,61
|
4.23
|
|
6
|
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
|
1 881 188,00
|
13.06
|
2 128 611,63
|
13.15
|
|
7
|
Angkutan dan Komunikasi
|
291 262,00
|
2.02
|
325 910,78
|
2.01
|
|
8
|
Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
|
801 853,00
|
5.57
|
927 468,62
|
5.73
|
|
9
|
Jasa-jasa
|
2 774 861,00
|
19.26
|
3 075 483,30
|
19
|
|
Total
|
14 407 643,00
|
100
|
16 184 012,69
|
100
|
||
Sumber : Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi Sulawesi Barat
Berdasarkan PDRB Provinsi Sulawesi menurut lapangan
usaha sector – sector mengalami peningkatan pada tahun 2012 hingga tahun 2013.
sector yang memberikan kontribusi terbesar pada tahun 2013 adalah sector
pertanian, peternakan, dan perikanan yaitu sebesar Rp 7.678.223,43
dengan prsentase sebesar 47,44% sedangkan sector yang memberikan
kontribusi terkecil adalah sector
Listrik, Gas, dan Air bersih yaitu sebesar Rp 83.530,33 dengan presentase 0.52%
1.
Kinerja Trasnportasi Jalan
Secara umum panjang jalan di Sulawesi Barat Tahun
2010 sekitar 7.081,91 Km. akan tetapi kondisi ini cukup memprihatinkan karena
dari segi kondisi jalan, hampir setengah dari permukaan jalan di Sulawesi Barat
dalam kondisi rusak (kategori rusak dan rusak berat) sekitar 42,09 persen.
Jaringan jalan dan lalu lintas antar kabupaten
belum menunjukkan pelayanan yang memuaskan, masih terdapat permasalahan seperti
terbatasnya daya dukung dan kondisi permukaan jalan dan jembatan. Hal ini dapat
dilihat dilihat dalam rute:
· Mamuju – Pasangkayu yang dapat ditempuh selama 6
jam dengan kondisi jalan yang relatif baik. Permasalahan yang ada adalah lebar
jalan yang relatif sempit dan dibeberapa titik masih dilakukan perkerasan dan
pelebaran jalan.
· Polewali Mandar – Mamasa yang ditempuh selama 4 jam
karena kondisi jalan yang kurang baik dan topografi wilayah yang
berbukit/bergunung.
· Majene – Mamuju yang ditempuh selama 3 jam dengan
kondisi jalan yang relatif baik. Permasalahan yang ada adalah lebar jalan yang
relatif sempit dan dibeberapa titik masih dilakukan pelebaran jalan.
· Mamuju – Mamasa yang ditempuh selama 5 jam karena
alan di pegunungan Kabupaten Mamasa yang sangat rusak yakni jalan yang
menghubungkan antara Kecamatan Aralle menuju Kota Mamasa, kemudian Kecamatan
Tabang dengan Kota Mamasa.
2.
Jaringan Pelayanan Transportasi Jalan
Pergerakan yang dilakukan masyarakat Provinsi
Sulawesi Barat saat ini dilayani oleh moda angkutan umum. Penyediaan moda
angkutan umum tersebut sudah cukup baik melayani pergerakan masyarakat setempat
khususnya pergerakan antar provinsi.
Secara garis besar, moda angkutan umum di Provinsi
Sulawesi Barat dapat dibagi menjadi moda angkutan antar provinsi (AKAP), antar
kota dalam provinsi (AKDP), dan angkutan lokal kabupaten/kota. Rute AKAP di
Sulawesi Barat adalah Mamuju – Makassar dan Mamuju – Palu. Trayek AKAP saat ini
menggunakan jaringan jalan nasional Lintas Sulawesi yaitu Makassar – Parepare –
Mamuju – Palu.
Sementara, AKDP menghubungkan ibukota Provinsi
dengan ibukota kabupaten dan pusat-pusat permukiman di Provinsi Sulawesi Barat.
Jaringan angkutan antarkota meliputi trayek angkutan umum antar kota termasuk
bis dan mini bus. Trayek AKDP saat ini menggunakan jaringan jalan nasional dan
provinsi, yang terbagi ke dalam 5 lintas, yaitu:
1.
Rute
Mamuju – Luwu Utara dengan lintasan Mamuju - Tampa Padang – Kalukku – Keang –
Salubatu – Paradan – Salueno – Saludurian – Tammaka – Kalumpang – Sabam –
Deking – Salukayu – Rantetapa – Rantedanga – Perappo – Kananggo - Luwu Utara.
2.
Rute
Mamaju - Toraja dengan lintasan Mamuju – Tamppa padang – Kalukku – Keang – Tibo
– Kondoroba – Mambi – Balambong – Tambua – Mamasa – Rantebuda – Batulaka –
Rokko – Meku - Tanah Toraja.
3.
Rute
Mamuju-Donggala dengan lintasan Mamuju - Tampa padang – Kalukku – Tassiu –
Beru-Beru – Belang-Belang – Toangson – Tawaro – Sampaga – Lambu – Kamasi –
Budong-Budong – Dejen – Kambulong – Kakoli – Salobiro – Dapuran – Numu –
Pantobatu – Tikke – Pasangkayu – Weleri – Atintaipa – Donggala.
4.
Rute
Mamuju – Polewali Mandar dengan lintasan Mamuju – Rangas – Tapanbulu – Tamata -
Tappalang Barat – Deking – Malunda – Salutambung – Batutaleku – Binanga –
Pamboang – Majene – Tinambung – Campalagian – Mappili – Kunyi – Polewali -
Tanjung Silopo - Kota Pinrang.
5.
Rute
Polewali – Mamasa dengan lintasan Polewali – Pondo – Salulembo – Sumarorong –
Balombong – Mamasa. Rute Alternatif Polewali – Mamasa Polewali – Labasang –
Mapili – Maloso – Buli – Ranjoang – Botteng – Keppe – Mambi.
Identifikasi Awal Wilayah Studi
Berdasarkan hasil identifikasi awal di wilayah
studi, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Provinsi Sulawesi Barat merupakan wilayah strategis
yang memiliki energi dan sumber daya mineral antara lain :
a. Kawasan migas
b. Batubara yang terletak di Kalumpang seluas 292.527
ton dan Tamalea seluas 351.221 ton
c. Kawasan perkebunan dan pertanian berkelanjutan
2. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Matabe merupakan
kawasan yang paling cocok untuk dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Hal ini
berdasarkan arahan kawasan strategis yang termuat dalam RTRW Provinsi Sulawesi
Barat, dimana kawasan Mamuju, Tampapadang dan Belangbelang diarahkan menjadi
Kawasan Strategis Provinsi sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dengan fungsi
kawasan terpadu pelabuhan bandara, industri perdagangan, pergudangan dan peti
kemas MATABE (Mamuju – Tampa Padang – Belangbelang).
3. Pengembangan Jalur KA di Mamuju Utara di titik
beratkan pada wilayah yang kosentrasi penduduknya tinggi yaitu sebelah kanan
Jl. Trans Sulawesi
4. Pengembangan Jalur KA di Mamuju Tengah di titik
beratkan pada wilayah yang kosentrasi penduduknya tinggi dengan ketentuan
terdapat 2 lokasi stasiun yang strategis, yaitu di Karossa sebagai kawasan
pertumbuhan penduduk dan Karossa sebagai pusat kegiatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar